This isn't time that i must forget ya, however too many people better than me, too bad i am for you, it doesn't matter isn't it? Can you be mine? Can i be yours?" Tulis sebuah surat yang tiba tiba datang ke rumah gue. Gue langsung kaget dan bertanya tanya siapa yang nulis ini? Di ujung surat itu gue lihat sebuah tulisan kecil seperti sebuah tanggal di mana tulisan itu di tulis.
15 Maret 2015 tertulis seperti itu, sedangkan ini 14 september 2018 di mana besok gue bakalan di wisuda.
Bukan maen, kayanya ini adalah sebuah tulisan yang mau disampaikan saat itu, tapi entah karena alasan apa dia baru berani ngirim surat itu ke gue.
Mungkin enggak sih cewek itu yang nulis? Tapi kenapa bisa sampe rumah gue? Sedangkan cewek itu belom pernah ke rumah gue. Dan surat ini juga bukan dateng dari tukang pos.
Gue langsung bersiap diri nyamperin cewek itu tentunya dengan bawa surat yang tadi itu.
Mungkin salah gue enggak ngabarin ternyata cewek itu enggak ada di rumahnya, gue mengurungkan diri untuk ketemu sama cewek itu. Dan berfikir mungkin saat wisuda besok gue bisa ketemu dia.
Sampe rumah gue sms dia, tapi nihil balasan dari dia. Gue mulai pusing mikirin surat itu. Kalau pun emang dia yang ngirim surat itu, gimana caranya dan kenapa dia bisa nulis kata kata kaya gitu?
I'm gonna love you like i'm gonna lose you, kurang lebih kata kata itulah yang gue jadiin acuan mungkin hubungan kita sebatas orang penting buat dia bukan pacar atau lebih.
Saling ngungkapin perasaan kita pun udah, dan kita lebih dari sekedar sayang, bahkan kalo bisa dibilang cinta gue cinta sama dia. Tapi kita beda.
Hari H ketika acara wisuda, gue belum lihat batang hidungnya, gue tanya dia di mana pun enggak dibales. Apa yang terjadi sama cewek itu. Mungkin enggak sih dia lagi sakit, biar kaya di film film romantis dramatis yang bilang kalo sebenernya gue mau jadi kekasihlo ketika dia tahu kalau umurnya enggak lama lagi. Lebay sih menurut gue kalau kaya gitu.
Dan gue ini orangnya enggak peka kaya cowok cowok romantis lain, yang bilang cemburu kalo ceweknya deket sama orang lain. Diri gue yang terlalu bodo amat kadang bikin orang lain kesel, bahkan bisa bikin gue nyesel.
Dan ketika pemberian sertifikat, gue denger nama dia dipanggil, dan dia oun datang, tandanya dia emang ikut wisuda ini. Oke baguslah felling gue salah tentang drama tadi itu. Selesai acara wisuda gue langsung samperin tempat duduknya, ngajak dia ke luar gedung dan gue buka surat itu
"Ini dari lo ya?" Tanya gue.
Dia hanya tersenyum dan meneteskan air mata.
"Mungkin enggak sih hubungan kita cuman sampai di wisuda ini?" Tanya dia sambil meluk gue.
Jarang jarang dia nunjukin rasa sayangnya ke gue di publik. Gue cuman bisa terdiam dan terharu, ternyata adegan ini enggak cuman ada di drama drama romantis.
Dia bertanya lagi sambil ninggin nada bicaranya. Dan gue cuman jawab
"Mau enggak lo jadi pacar gue?"
Dia menatap gue dan mulai jawab
"Kenapa enggak dari dulu, kenapa harus baru sekarang lo bilang gitu? Kemana aja lo? Apa gara gara baca surat dari gue?"
Nada bicaranya seperti orang yang kesal, tapi dia makin erat meluk gue, air matanya makin mengucur. Dari kejauhan gue ngelihat orang tuanya ngelalihatin gue sama dia.
Gue belom pernah kenal sebelumnya sama orangtuanya, tapi yang gue pikir hubungan gue sama cewek itu bisa putus kalo orang tuanya tau. Walaupun sebenernya gue sama cewek itu enggak pacaran. Tapi realita berkata lain, orangtuanya membiarkan gue sama dia beradegan mesra kaya gitu.
"Jadi lo mau enggak?" Gue negasin lagi.
"Mau lah!" Jawab dia tegas dengan nada tinggi. Tapi saat itu juga dia ngelepas pelukannya dan lanjut berkata
"Ayo ketemu mami papi gue!"
Gue sama dia langsung nyamperin mami papinya. Dan papinya langsung ngomong sesatu ke gue
"Dia udah banyak cerita tentang kamu kok, makasih ya udah banyak nemenin dia selama di Jakarta. Walaupun kalian belum pacaran tapi kamu bener bener jaga perasaan dia sampe sampe enggak deket sama cewek lain"
Gue langsung kaget ternyata selama ini cewek itu cerita semua tentang gue ke orangtuanya, belom sempat gue jawab sama sama atas terima kasihnya, papi cewek itu ngelanjutin ngomong sesuatu.
"Kamu takut ya kalo om enggak nerima kamu? Walau kita beda dan mungkin dia pernah cerita kalau om enggak suka kalau dia punya hubungan serius sama orang yang beda tapi dari kamu om belajar menerima perbedaan kok, kamu tahu pelangi kan? Tersusun dari warna warna yang berbeda tapi malah jadi indah, semoga hubungan kamu sama dia seindah pelangi ya! Om terima kamu kok, yang langgeng ya buktikan ke om kalo kamu pantas jadi pendamping hidupnya, gantiin im sama tante untuk ngejaga dia."
Gue terharu dan meneteskan air mata gara gara kata kata papinya. Sampai sampai gue peluk papinya dan ngucapin banyak terima kasih.
Kita pun jalanin hubungan lebih serius dan kita saing percaya satu sama lain. Emang kadang ada beberapa orang yang enggak menghargai perbedaan, tapi masalahnya adalah gimana ngubah sudut pandang mereka sampai mereka suka sama kita. Kalau emang kalian bisa bahagia karena sebuah perbedaan, menurut gue kenapa enggak dijalanin aja?