Jumat, 18 Maret 2016

Air dan Api

Akankah Api menyejukan?
Tapi kini,
itulah hidup.
Manusia lebih senang bermain api.
Bukan karena suka tantangan,
tapi untuk mencari kesejukan.
Akankah air membakarmu?
Tapi kini,
itulah hidup.
Kau padamkan api itu
dengan air bersihmu,
maka kau akan terbakar,
dalam kesejukan mereka.

Jumat, 29 Januari 2016

Malaikat Sementara

Hidup bukan tentang siapa diriku bukan juga tentang siapa dirimu, tapi inilah aku dan itulah kamu. Kebahagiaan sementara juga jadi sebuah kewajiban. Sementara? Entah seberapa lama itu, yang penting itu cuman sementara.
Seperti waktu aku bertemu kamu. Di suatu hari di acara kampus. Nikmat Tuhan yang mana lagi yang harus kudustakan ketika melihat wajahmu. Paras manis penuh senyum itu, seakan menyapaku, "hai aku malaikat penghiburmu, yang dihadirkan Tuhan dalam hidupmu". Ya, hidupku yang menjadi destinasi masalah.
Tapi benarkah senyum itu benar menyapa? Atau itu hanya khayalanku yang entah di mana batasnya. Mungkinkah ada di sepasang matamu? Bagaimana bisa 2 mata itu menghipnotis saraf-saraf otakku untuk memikirkanmu?
Tapi kalau kamu cuma malaikat sementara yang hadir. Ya mungkin itu jalan Tuhan. Jalan yang harus ku lalui, untuk selanjutnya bertemu malaikat sementara lainnya.

Selasa, 26 Januari 2016

Bayangmu

Bayangmu berjalan di otakku
Tampak jelas, bagai hidup.
Senyum tipis tanda sapa itu
Seperti kamu, kamu yang melirik saat ku lewat
Aku bukan pujangga yang pintar merangkai kata
Ku layaknya diktator yang menyapamu karena kerja
Mungkin itu,
Itu kenapa kita jarang bercengkrama.
Tapi kau seperti dekat
Hingga bayangmu
Selalu menyapa di saat ku buka mata.
Tapi adakah bayangku yang membalas sapamu di sana?

Minggu, 10 Januari 2016

Jakartaku

Alangkah baiknya Tuhan menciptakan kota yang luar biasa ini. Kota yang memberi masalah dikala mentari bersinar, dan kota yang memberi kebahagiaan dikala bulan menyapa malam. Kota yang ditutupi asap kendaraan kala siang, dan dipenuhi gemerlap lampu kota kala malam.

Jakarta, teruslah berdiri menjadi saksi bisu perjuanganku. Teruslah terbangun untuk memberiku semangat. Kau langit mendung di siang hari, dan Kau lah langit berbintang di malam hari. Bangunkan aku saat cahaya matahari menyentuhmu. Temani aku menabung dosa, di gemerlap lampu warna-warni ruangan. Tanahmu mungkin akan jadi saksi bisu aku dan dia bertemu. Hingga terbangun sebuah bangunan besar dimana aku dan dia tertidur dalam satu selimut.

Sabtu, 05 Desember 2015

Kasmaran

Paras mungilmu,

sepasang berlian dengan setetes tinta hitam,

menghanyutkanku dalam ketertarikan

Kecil imut bantal merah

dibawah lubang hidungmu

membawaku untuk menyandarkan pipiku kesana.

Apakah mata ini matamu?

Apakah mata itu mataku?

Kenapa kita saling lihat?

Hati ini berharap kau sentuh.


Rabu, 18 November 2015

Jaga Hati

Cantik parasmu mengisi ruang hatiku
Jadi tolong di jaga ya!
Biarkan aku hanya menatapmu dari kejauhan
Hingga saatnya ruang hatimu terbuka untukku

Di Tengah Malam

Tengah malam, angin menemaniku, mengisi celah-celah rambutku. Mereka berlarian seperti mencari jalan keluar, hingga rambutku berkibar layaknya bendera di ujung tiang. Hari itu aku duduk diatas loteng tempatku berteduh. Menatap luasnya langit malam yang berwarna biru tua agak kemerahan. Mungkinkah hanya aku yang mengerti rasanya dicintai lalu disakiti? Tanyaku kepada angin yang masih mencari jalan keluar.
Ku pejamkan mata lalu ku lihat sosok gadis manis berparas ceria. Tawa khasnya terdengar sampai ke bagian telinga paling dalam. Ku tersenyum dan membuka mata. Masih saja kau bermain dipikiranku. Kau kan sudah menyakitiku, tapi aku masih memberi tempat yang nyaman untukmu bermain. Baik sekali bukan? Kataku.
Suara nyanyian lagu gereja tiba-tiba terdengar. Kau memang dulu sering menyanyikan lagu ini di depanku. Suaramu juga indah. Indah bagaikan harapan yang pernah kau beri padaku. Aku tertawa dan diam.
Kemudian tertawa lagi, kemudian diam. Bisa-bisanya aku berbicara dengan sesuatu yang jelas-jelas hanya imajinasiku. Oh, bukannya pengalaman? Jawab seseorang di pikiranku.