Hidup bukan tentang siapa diriku bukan juga tentang siapa dirimu, tapi inilah aku dan itulah kamu. Kebahagiaan sementara juga jadi sebuah kewajiban. Sementara? Entah seberapa lama itu, yang penting itu cuman sementara.
Seperti waktu aku bertemu kamu. Di suatu hari di acara kampus. Nikmat Tuhan yang mana lagi yang harus kudustakan ketika melihat wajahmu. Paras manis penuh senyum itu, seakan menyapaku, "hai aku malaikat penghiburmu, yang dihadirkan Tuhan dalam hidupmu". Ya, hidupku yang menjadi destinasi masalah.
Tapi benarkah senyum itu benar menyapa? Atau itu hanya khayalanku yang entah di mana batasnya. Mungkinkah ada di sepasang matamu? Bagaimana bisa 2 mata itu menghipnotis saraf-saraf otakku untuk memikirkanmu?
Tapi kalau kamu cuma malaikat sementara yang hadir. Ya mungkin itu jalan Tuhan. Jalan yang harus ku lalui, untuk selanjutnya bertemu malaikat sementara lainnya.
Seperti waktu aku bertemu kamu. Di suatu hari di acara kampus. Nikmat Tuhan yang mana lagi yang harus kudustakan ketika melihat wajahmu. Paras manis penuh senyum itu, seakan menyapaku, "hai aku malaikat penghiburmu, yang dihadirkan Tuhan dalam hidupmu". Ya, hidupku yang menjadi destinasi masalah.
Tapi benarkah senyum itu benar menyapa? Atau itu hanya khayalanku yang entah di mana batasnya. Mungkinkah ada di sepasang matamu? Bagaimana bisa 2 mata itu menghipnotis saraf-saraf otakku untuk memikirkanmu?
Tapi kalau kamu cuma malaikat sementara yang hadir. Ya mungkin itu jalan Tuhan. Jalan yang harus ku lalui, untuk selanjutnya bertemu malaikat sementara lainnya.